Thursday, July 7, 2011

"Pada suatu hari.........."

 Kapan terakhir kali kamu mendongeng atau didongengi? Semalam? Minggu lalu? Tahun lalu? Atau bahkan 9-10 tahun lalu? Ya, sudah jadi rahasia umum kalau anak-anak jaman sekarang lebih ogah diganggu kalau lagi nonton sinetron atau acara gosip ketimbang merapat ke pelukan ayah atau ibunya untuk didongengi. Kegiatan langka yang bisa dikatakan hampir punah ini pernah menjadi favorit saya ketika saya masih "innocent" dulu (bukan berarti sekarang saya tidak innocent lagi). Ketika saya dan adik saya masih asik main masak-masakan padahal "Dunia Dalam Berita" sudah hampir selesai, ayah saya punya jurus ampuh untuk membuat "masakan" kami kocar kacir. Hanya dengan kalimat "Pada suatu hari.....". Seketika itu kami langsung berhamburan menghampiri ayah untuk dengan khusyuk mendengarkan bed time story beliau. Yak, ayah saya memang pendongeng ulung. Cerita apapun yang keluar dari mulut ayah akan menjadi sangat menarik dan bahkan membuat kami "sakau" setiap malam. 

Entah kenapa imajinasi saya sangat tinggi membayangkan pesta yang diadakan raja hutan yang meriah dengan segala pernak pernik hiasan pestanya bahkan ada nenek saya yang tiba-tiba muncul di samping sang raja hutan dengan anggun nya (oke, lupakan imajinasi yang ini =D). Malam berikutnya imaji saya melayang pada suatu negeri yang hanya dihuni liliput. Begitu seterusnya ritual malam hari kami sewaktu kecil. Awalnya saya hanya mengandalkan imajinasi saya untuk membuat saya seolah-olah sedang ikut menikmati pesta pora sang raja hutan bersama rakyatnya, namun lama kelamaan ayah yang cerdik menggunakan media buku cerita dan boneka tangan (3 dari sekian banyak boneka itu masih tersimpan manis di kamar saya =) ) untuk membuat nya semakin nyata dan saya gak perlu lagi capek-capek membayangkan berlarian mengikuti gadis berkerudung merah yang dikejar-kejar serigala sampai akhirnya sang gadis berhenti untuk beli korek api yang dijual gadis penjual korek api di tengah salju (cut!!! salah setting. Cerita nyasar!).

Bahkan jaman sekarang dunia perdongengan tidak lagi melulu tentang bagaimana cerita fiktif raja hutan yang bisa bicara atau liliput imut bermain-main dalam jamur besar, tapi kita dituntut berpikir cerdas untuk membuat anak-anak "jaman sekarang" bisa membayangkan hal logis yang dapat mereka nalar tanpa terjadi pembodohan dini. Berbagai macam media tumpah ruah untuk mewujudkan ritual malam hari yang menyenangkan ini. Dari buku cerita konvensional, boneka-boneka lucu pelengkap adegan, sampai media elektronik serupa ipad bisa anak-anak "jaman sekarang" nikmati sebagai pengantar tidur atau sekedar pengisi waktu bosan mereka. Tapi tetap saja pihak yang lebih dewasa perlu mendampingi mereka dalam kegiatan mendongeng sebagai jembatan untuk meluruskan imajinasi mereka ketika banyak tandatanya yang ada di kepala mereka. 

Sayang sekali rasanya kalau kegiatan perdongengan ini tidak terus dilestarikan. Padahal selain meningkatkan daya imajinasi dan kreativitas anak, ritual mendongeng juga dapat mempererat ikatan emosi antara orang tua dan anak lho. Di samping itu, berdasarkan penelitian ritual ini bisa membuat sang anak punya nilai plus dalam hal problem solving. Paling gak sang anak secara halus dituntut untuk berpikir apa ya lanjutan ceritanya? (kalo yang ini tergantung kreativitas kita membuat cerita begitu menarik sampai sang anak penasaran dengan lanjutan nya). Apapun itu, yang jelas ayah dan Ibu saya telah berhasil membuat anak-anak nya mempunyai daya imajinasi tinggi, berprestasi, dan gaul (oke, yang terakhir tentu bukan karena dongeng tentang raja hutan yang suka dugem dan gaul nonton gosip =D). Intinya, keep storytelling and be creative for the children. Bukan hanya buat anak sendiri, tapi juga untuk adik-adik kita, tetangga sekitar, bahkan anak orang lewat yang gak sengaja kita dengar heboh ngomongin boyband unyu-unyu ala Smash atau Super Junior yang gak gaul kalo rambutnya gak dikasih gel. =D

6 comments:

Unknown said...

sikancil ,,,dongeng yg bagus :D

Tyanita Puti Marindah said...

yup. semua dongeng bagus terutama klo yang dongengin ayah ato ibu kita. n_n

Yus Yulianto said...

dongeng waktu kecil ya... hehe

Tyanita Puti Marindah said...

ayo budayakan lagi mendongeng.. yuukk.. n_n

Nik Salsabiila said...

stuju banget mbak....dongen adalah sebuah media edukatif yg baik...bahkan Allah pun mengejarkan berbagai hikmah utk manusia melalui kisah2 para nabi di dlm Al- Qur'an...
Pernah baca George W Burns dalam 101 kisah yg mmberdayakan mbak?? wuiiihhh kereeennn..dstu diungkapkan bahwa penggunaan metafora dlm dongeng dapat digunakan sbagai media pnyembuhan...^^

Tyanita Puti Marindah said...

weeww. dahsyat euy. blm baca ni. ntar coba searching ah. nice info sis.. n_n