Sunday, June 19, 2011

absurd-absurd cihuy =D

Seperti lebaran-lebaran sebelumnya, tradisi utama keluarga saya adalah mudik ke rumah Embah di Jepara. Tapi lebaran tahun 2009 adalah lebaran ke rumah Embah paling absurd menurut saya. Se-absurd apa sih? Sebenarnya gak absurd-absurd amat sih karena tradisi nya masih sama ada ketupat, opor ayam, dan kue lebaran. Tapi yang bikin absurd nya melebihi bentuk badan saya adalah kejadian beberapa hari setelah lebaran. Yak, kami memang stay di rumah Embah beberapa hari sebelum melanjutkan perjalanan silaturrahim ke kota Eyang saya (Embah adalah ortu Ibu dan Eyang adalah ortu Ayah).

Keabsurd-an pertama adalah ketika dengan sukses saya nyasar pulang ke rumah Embah setelah sok-sok-an mau jalan pagi (padahal saya gak hafal daerah situ. hihi). Kejadian ini diperparah dengan kejadian lain yang gak kalah cihuy nya. Kok ya bisa-bisa nya saya gak lihat di samping saya ada dua ekor nyak-nyak (sejenis soang yang suka nyosor orang lewat -_-") dan saya santai aja gitu lewat tanpa nuwun sewu sama sang nyak-nyak. Alhasil sang nyak-nyak yang hati nya merasa tersinggung karena gak dianggap dengan puas nya mengejar saya sampai saya menyerah dan saya merelakan kaki kesayangan saya "dicium" bibir seksi sang nyak-nyak. Ya sudalah, mau gimana lagi. Saya berhasil juga sampai rumah Embah dalam keadaan sedikit pincang (horree!!) karena jujur "dicium" nyak-nyak itu "berjuta" rasanya. T_T

Embah saya yang sadar cucu cantik kesayangannya jalan pincang langsung memberondong saya dengan berbagai pertanyaan, "kok yo suwe nemen mlaku-mlaku ne cah ayu? iku sikil mu kenenng opo?" yang artinya: "kok lama sekali jalan-jalannya, anak cantik? itu kaki kamu kenapa?". Saya yang gak mau bernasib sama dengan pinokio dengan jujur bercerita tentang kejadian yang "membanggakan" tadi. Spontan adik dan tante saya yang gak sengaja mendengar pembicaraan intim antara nenek dan cucu kesayangannya itu langsung tertawa terbahak-bahak dari dalam rumah (dan saya cukup puas mendengar nya. Makasih Tante dan adek ku sayang. -_-" )

Baru sebentar saya tenang dari shock hasil dari perbuatan sang nyak-nyak dan bersiap mandi pagi, tiba-tiba Ibu saya memberi "kabar gembira" yang membuat saya "riang gembira", "mbak, pompa air nya mati. Sana mandi di tempatnya Mbah Kurti" (Mbah Kurti adalah tetangga belakang rumah Embah). Ini bukan masalah saya sedih karena pompa air nya mati dan gimana nasib orang rumah nantinya, tapi saya langsung mikir, "bentar-bentar, kamar mandi di rumah nya Mbah Kurti kaaaannnnn.....". Ya saudara-saudara, sepertinya saya perlu menjelaskan sesuatu. Lingkungan di sekitar rumah Embah saya bisa dibilang masih lingkungan desa banget yang masih ada gadis-gadis mandi di sungai sambil cuci baju sementara bapak-bapak nya memandikan sapi di sepanjang sungai itu. Ya begitulah suasana nya. Oke, kembali lagi ke kamar mandi Mbah Kurti. Dengan deskripsi tentang lingkungan sekitar rumah Embah saya tadi, bisa dibayangkan gimana bentuk nya itu kamar mandi kan? Baiklah kalau begitu. Kamar mandi nya berupa sumur terbuka dengan di kelilingi sekat (bukan tembok) berupa anyaman bambu yang hanya tiga sekat (kesimpulannya ada bagian yang terbuka). Taadddaaaa... Jackpot sekali saya, setelah ibu bilang orang terakhir yang belum mandi hanya saya (ini semua gara-gara nyak-nyak!!!). 

Baru saya mau masuk, saya shock ternyata di kamar mandi tersebut sedang duduk manis seorang Mbah (entah siapa dan darimana asal nya). Saya langsung minta maaf dan kembali lagi ke rumah sambil menunggu beliau selesai dengan ritual nya (salah siapa sekatnya cuma ada tiga. T_T). Setelah memastikan sang Mbah selesai mandi dan di kamar mandi itu gak ada orang lagi, saya cepat-cepat bersiap mandi. Tapi dasar saya bukan kembang desa, saya bingung apa yang harus saya lakukan duluan (karena atmosfer nya beda). Saya tidak mungkin "polos" mandi di sana, pikir saya. Saya pun kembali lagi ke rumah untuk mengambil jarit (sejenis kain yang biasa dipakai sebagai bawahan waktu kondangan). Pokok nya acara mandi pagi saya saat itu gak khusyuk sama sekali lah. Antara ribet karena harus mandi jongkok dan was-was kalo-kalo ada yang lewat. Kalo waktu itu kebetulan ada yang lewat, ya sudahlah. Bonus buat dia (sial buat saya. T_T).
kebayang kan gimana gak khusyuknya saya waktu mandi T_T
Selesai dari mandi pagi ala mbak-mbak kembang desa, saya kembali lagi ke rumah. Gak lupa saya berterimakasih yang sebanyak-banyak nya ke Mbah Kurti karena dengan baik hati mempersilakan saya merasakan hal "menakjubkan" dengan banyak ritual. Sampai di rumah saya gak berhenti berdoa semoga pompa air di rumah Embah lekas nyala karena kasihan nanti Embah dan yang lainnya susah kalau butuh air (padahal saya ingin mengulang mandi pagi saya dengan lebih khusyuk =D).